Yang Lebih Penting Dari Pendidikan


​Salah satu anugerah yang paling saya syukuri hingga saat ini adalah menjadi kurus. Gen kurus ini saya (sekeluarga) dapatkan dari si Mama. Perlu diketahui, gen warisan semacam ini adalah impian kebanyakan wanita Indonesia hari-hari ini. Anggap saja ini adalah kekuatan super genetik. 

Kekuatan super ini bisa membuat penggunanya mampu melahap apa saja, kapan saja, dimana saja, tanpa khawatir akan indikasi kemakmuran di bagian perut. Sederhananya, gen ini menghindarkan saya menjadi gemuk atas perbuatan apapun yang mulut saya lakukan. Kemampuan super ini juga dilengkapi fitur semacam tidak adanya alergi makanan, tidak ada pantangan, juga tanpa kewajiban empat sehat lima sempurna.

Dari kecil saya sudah dilatih untuk menjadi spesies penguasa puncak rantai makanan, Omni-Herbicarnivora: pemakan segala-galagalanya. Kalau saja agama tidak melarang makanan haram, mungkin sudah sejak lama semua spesies hewan berkaki empat di dunia akan tinggal sejarah.

Catatan sejarah menunjukkan, saya kecil, pernah makan daging rusa, gurita, kalong, burung gereja, sarang lebah, cicak, tupai, belalang, cacing, kodok, anjing (yang ini tanpa sengaja), bahkan sampai yang beracun macam ikan buntal.

Orang tua saya memang sedikit tegas perihal makanan ini. Apapun yang tersedia di meja makan, harus dimakan tanpa disertai protes. Protes berarti pemberontakan. Pemberontak artinya melakukan perlawanan. Sedangkan menjadi lawan, berarti siap-siap di embargo termasuk ke urusan uang jajan. Bahkan menyisakan sebutir nasi dipiring adalah aib tersendiri yang hukumannya biasanya akan diceritakan perihal pembalasan sang nasi kala di neraka nanti…ih..ih..ih

Ironisnya, keadaan kelompok keluarga kurus ini tidak berimbang manakala si Ibu adalah seorang koki yang telah menjual jiwa dan raganya kepada sang dewa masak sedang si Ayah adalah produsen sumber daya alam kelas berat di mana kelima anaknya memang dipersiapkan sebagai tikus percobaan dengan panjang usus yang sudah dimodifikasi.

Mama saya adalah seorang juru masak yang lebih berazaskan teori Trial and error. Spesialisnya kue kering dan masakan berkuah. Beliau punya sebuah buku resep catatan masakan manual yang sepertinya berisi banyak sandi dan kode karena hanya bisa dipecahkan beliau seorang. Karena berlandaskan teori trial and error, jadi wajar banyak coretan di sana-sini sebagai bentuk sebuah proses pencarian. Tapi untuk hasil, bisa dikatakan sudah sangat mumpuni dengan bukti otentik sebuah piala lomba masak tingkat kecamatan berdiri megah di dalam rumah.

Tidak heran kalau di rumah, Mama saya punya ruangan khusus untuk menyimpan peralatan masaknya yang saking lengkap dan tidak ingin hilangnya, sudah beliau beri bar code bahkan sampai ke sendok-sendoknya! Jangan dibayangkan!

Ayah saya, adalah seorang petani kebun yang mempunyai profesi sampingan sebagai pegawai BUMN. Karena seringnya kerja cuma setengah hari, bolehlah kita anggap beliau ini memang menjadikan profesinya yang pegawai hanya sebagai kerja sampingan saja. Karena ia lebih banyak memfokuskan diri untuk menjadi petani, peternak dan tukang kebun sejati.

Untuk mendukung kinerja istrinya yang seorang penyembah dewa masak, Ayah saya bertanggung jawab penuh sebagai penyedia sumber bahan-bahan masakan untuk mengisi perut anak-anaknya yang seringkali lapar dan liar. Bahkan Ayah saya pun harus membuatkan 2 buah dapur untuk memenuhi libido makan anak-anaknya ini.

Sebagai petani, beliau telah menanam bermacam tanaman, mulai dari tanaman rumahan seperti cabe dan kunyit, sampai tanaman kelas berat macam durian, jengkol, sampai kelapa sawit. Sebagai peternak pun tak kalah komitmennya, mulai dari ikan, burung, ayam, sampai ke kambing dan angsa pernah merasakan belaian tangan dingin beliau.

Juga, sebagai tukang kebun pun bermacam buah sudah dicoba untuk dibangkitkan, mulai dari mangga, rambutan, sawo, nangka, jambu, sampai ke tanaman beda iklim macam semangka dan anggur. Mungkin dia berpikir, asal dengan modal niat yang sungguh-sungguh, anggur dan semangka akan tetap tumbuh di padang gurun sekalipun. Mantap.

Sang Eksekutor, kelima anak-anaknya termasuk saya, adalah penguasa rantai makanan. Lima kepala yang dilatih khusus untuk menggantikan posisi tikus-tikus di Bumi jika akan punah nantinya. Dengan adanya lima orang kompetitor, kecepatan adalah kemampuan wajib yang harus kami miliki. Apalagi dibidang kuliner, kata ‘mengalah’ sudah lama terkubur bersama busuknya tai kucing di belakang rumah.

Bahkan, Ayah saya sampai harus membuat 3 buah kolam ikan (dulu ada 5 buah) di rumah sebagai stok penyimpanan bahan makanan, berjaga-jaga jikalau suplai makanan di akhir bulan tidak mencukupi lagi bagi kelompok manusia berperut piranha ini.

Yang menyenangkan dari kondisi ini adalah terhindarnya keluarga saya dari masalah obesitas ataupun penyakit sejenis. Seperti saya misalnya, sejak SMA berat badan saya selalu konsisten di angka 60 hingga sekarang. Dengan pola makan everything its ok, belum pernah sekalipun saya berurusan dengan dokter perihal masalah perut ini, baik cacingan maupun usus buntu.

Bagi mereka yang sirik biasanya akan membantah dengan argumen: “lha iyalah, makannya cuma sehari sekali.. makanya kurus”. Perlu diterangkan bahwa di keluarga saya itu, paling tidak ada tiga macam pola makan. Seperti saya misalnya, sekali makan memang tak sampai sepiring penuh. Tapi itu saya lakukan lima atau empat kali sehari. Atau bisa mengguna mode survival, sehari hanya dua kali makan, tetapi porsinya untuk 2 hari kedepan. Atau bisa juga normal seperti Ayah saya, sehari tiga kali makan, dikali per dua piring, di tambah cemilan, kopi, rokok, dan beberapa biji buah dan gorengan.

Mempunyai kemampuan khusus yang diidamkan banyak perempuan di dunia tidak lantas membuat saya berbesar kepala atapun perut. Sering kali saya pun juga di bully karena dianggap seolah kurang makan. Meskipun mereka tidak tahu kebenaran yang sebenarnya terjadi di balik layar. Do not judge a book by its cover, huh? 

Kadang juga saya sering mikir mana yang lebih enak, punya badan Ade Rai tapi hari-hari cuma makan telur (itupun cuma putihnya, kuningnya dibuang) dan melewatkan begitu banyak inovasi kuliner di dunia ini. Atau menjadi kurus seperti saya, yang bisa dibilang pelahap segala (termasuk kuning telur yang dibuang Ade Rai itu), tanpa perlu peduli gangguan mata yang terjadi pada orang-orang ketika melihat pinggul langsing saya? Huffftt…

Skinny Means More….!!!

– Padang, 5 Januari 2017 – 

NB: Ada yang nanya, eh Frans, kok ga nulis masalah politik/agama kayak yang lain? Nih ya, Menjadi waras di antara kegilaan merupakan bentuk kegilaan tersendiri.. ITU.

.

Tinggalkan komentar

Frans Cihuy

Calon orang kaya. Tetap manis walau badai menghadang,,

Blog Anak Baik

Calon orang kaya. Tetap manis walau badai menghadang,,

Nguping Jakarta

Calon orang kaya. Tetap manis walau badai menghadang,,

Pandji Pragiwaksono

Calon orang kaya. Tetap manis walau badai menghadang,,

Bajingan Yang Bergerak Bersama Waktu

Calon orang kaya. Tetap manis walau badai menghadang,,

Kumpulan Misteri Dunia

Kumpulan Artikel Misteri dan Rahasia yang Belum Terpecahkan

Blog misteri enigma

Calon orang kaya. Tetap manis walau badai menghadang,,